Tradisi Sisemba, Tradisi Kekerasan Adu Kaki. Seperti apa tradisi petani dalam menggelar pesta panen raya di Desa Kande Api, Kecamatan Tikala Rantepao Kabupaten Toraja Utara? Tak berbeda dengan perkampungan lain yang ada di Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, warga Desa Kande Api pun masih melestarikan tradisi budbahasa budaya warisan leluhur mereka. Setiap tahun, warga Kande Api menggelar tradisi pesta panen dengan membawa aneka macam macam makanan khas mirip nasi bambu atau dikenal dengan nama peong.
Pemandangan itu pula yang terjadi sekitar dua pekan silam. Diiringi dengan tari ma’gallu, serta ma’ lambuk atau menumbuk padi secara beramai-ramai mereka pun berpesta. Mengawali prosesi pesta panen, terlebih dahulu salah seorang pemuka budbahasa setempat menawarkan wejangan budbahasa (ma’parappa’) yang berisi pesan pesan leluhur perihal hukum bertani, yang sampai kini masih dianut oleh masyarakat setempat. Setelah itu, warga yang memadati lokasi pesta panen, disuguhkan tarian ma’gallu yang dibawakan oleh pintar balig cukup akal putri.
Tarian ini bermakna sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang berlimpah. Dalam tarian ini. Warga yang merasa terhibur menawarkan uang (sawer) sebagai tanda kegembiraan dan terimah kasih. Sahabat anehdidunia.com sementara itu, sebagian warga menggelar tradisi ma’lambuk atau menumbuk padi. Dalam tradisi ini, kaum laki-laki memukul lesung dengan irama tinggi, diikuti gerakan ibarat tarian serta teriakan khas Toraja. Warga setempat meyakini, jikalau irama ketukan lesung sanggup mengusir hama padi. Semakin tinggi irama ketukan, maka semakin banyak hama yang diusir.
Dan, yang paling unik ialah tradisi agresi laga kaki “sisemba” atau baku tendang, yang lebih terlihat mirip tawuran massal.Pasalnya, warga dari kampung tetangga, saling berhadap hadapan untuk melumpuhkan, dengan cara beradu kaki “tendang” secara massal. Bagi penerima yang jatuh, maka lawan tidak lagi diperbolehkan menyerang. Ada cara yang dipakai biar tidak gampang jatuh, mereka saling berpegangan tangan sambil menyerang dengan tendangan kaki.
Tak heran jikalau banyak warga yang mengalami cedera, mulai dari keseleo sampai luka terbuka akhir kerasnya tendangan lawan. Namun, jikalau ada penerima yang sudah dianggap terlalu kasar, maka para tokoh budbahasa segera memisahkan mereka. Sahabat anehdidunia.com walaupun terlihat bergairah dan keras, namun warga yang saling tendang di lapangan bebas, tidaklah membawa dendam sampai keluar arena. Usai "sisemba", mereka bubar dan kembali akrab.
"Tradisi sisemba ini bukanlah permainan anarkis, namun tradisi ini ialah sebuah keharusan warga setempat demi mendapat hasil panen yang berlimpah ditahun akan datang. Pasalnya, jikalau tidak melakukan tradisi sisemba, maka diyakini akan berakibat gagal panen," tutur Isac Padangsulle, selaku tokoh budbahasa Kande Api.
“Pernah di suatu waktu, tradisi warisan nenek moyang ini tidak digelar, dan ketika itu warga mengalami gagal panen, yang disebabkan serangan hama, dan digelarlah aktivitas tumbuk lesung, yang bertujuan mengusir hama," ungkap Isac. Bisa terlihat, tradisi warisan leluhur ini, sangatlah diyakini akan membawa berkah dengan berlimpahnya hasil panen padi. Lumrahlah jikalau sampai ketika ini warga Desa Kande Api, masih melestarikan tradisi sisemba.
Baca juga Foto Artis Sebelum Dan Sesudah Operasi Plastik
Comments
Post a Comment